Yach… judul dari cerita kali ini mungkin terkesan agak lebay, atau mungkin sangat lebay? Saya sendiri tidak tahu, tapi jujur itulah yang saya rasakan beberapa hari sebelumnya waktu saya tiba-tiba drop drastis kemarin.
Di awal-awal saya masuk ke rumah sakit saya
langsung merasa baikan, saya kembali bekerja seperti biasa, telp supplier, telp
customer, atur anak buah bekerja, dll seperti biasa, tidak ada yang tahu kalau
sebenarnya saya sedang berada di rumah sakit. Secara keseluruhan saya merasa
sangat sehat.
Tgl 22 Mei 2021 saya masih masih bisa
menulis blog tentang Cerita Kisah Sejarah Sam Kok sampai panjang lebar. Saya
merasa sangat sehat, dan saya pikir mungkin saya sudah boleh ijin pulang untuk
rawat inap isolasi mandiri di rumah saja biar bisa lebih bebas bekerja.
Sorenya sekitar jam 3an dokter berkunjung
dan kondisi saya sangat fit, saturasi oksigen di angka 97-98an, dengan suhu
tubuh yang normal 36,8. Saya masih minta ijin ama dokternya untuk pulang rawat
jalan aja, isolasi mandiri sendiri di rumah saja yang dijawab oleh dokternya
untuk tunggu hasil swab sekali lagi besoknya saja. Sekitar jam 4an saya merasa
bosan di dalam kamar, lalu saya putuskan untuk gerak2 badan di dalam kamar aja
biar ga kaku, saya jalan kaki perlahan keliling kamar selama lebih kurang 35-40
menit, sangat perlahan sekali, tapi walau demikian perlahan saya merasa
“sedikit” ngos-ngosan juga. Akhirnya saya istirahat juga.
Sekitar jam 6an malam, saya mulai merasa
sedikit mual dan tidak selera makan. Sekitar jam 8an malam saya mulai merasa
lebih tidak enak badan, suhu badan mulai panas, sekitar jam 10an malam saya
mulai ngedrop secara drastis, suhu badan naik menjadi 38.4 derajat dan tiba-tiba
saturasi oksigen saya turun menjadi 83.
Selanjutnya yang terjadi yaitu saya drop
drastis, suhu badan di kisaran 38,5 – 38,8 derajat terus selama 2 hari
berturut-turut, susah bernapas hingga harus dibantu dengan oksigen, setiap kali
tutup mata saya langsung merasa halu berada di sebuah ruangan yang akan segera
roboh menimpa saya. Saya hanya merasa setengah sadar dengan kondisi saya setiap
kali para perawat datang memberikan berbagai macam jenis obat-obatan untuk
saya, tidak selera makan sama sekali, dan kehilangan semangat sama sekali.
Mungkin terasa agak lebay bagi sebagian orang yang pernah merasakan kondisi
yang lebih parah dari saya, tapi pada saat itu saya merasa mungkin saya
benar-benar berada di ambang pintu kematian. Kematian itu terasa begitu dekat
dengan diriku ketika napas ini serasa begitu berat untuk bisa ditarik kembali
ketika dihembuskan, bagaikan ikan yang harus berpisah dari air melompat-lompat
kekeringan, demikianlah yang kurasakan pada saat itu.
Tgl 24 malam perlahan suhu badanku mulai
turun ke angka 37,5 derajat, aku mulai membaik walaupun masih harus bernapas
dengan bantuan oksigen dari luar, saturasi oksigen juga perlahan naik menjadi
90an, jika dibantu dengan oksigen sudah bisa mencapai angka 98-99 juga.
Tgl 25 pagi saya sudah kembali merasa jauh
lebih baik, suhu badan sudah kembali turun ke angka 37, dan saya sudah bisa
bernapas dengan lebih lega walaupun masih perlu dengan bantuan oksigen.
Tiba-tiba aku mendapati ternyata setiap kali aku batuk, dahak yang keluar sudah
berupa darah, bukan dahak biasa lagi. Awalnya ketika aku laporkan hal ini ke
dokter, dokter berpikir itu mungkin karena tenggorakanku kering, namum
belakangan kata dokter hasil Scan Thorax menyatakan itu hasil dari paru-paru
yang sudah terlanjur kena infeksi dan luka. Pantasan setiap kali saya melepas
oksigen saya langsung merasa ga bisa bernapas.
Secara keseluruhan pikiran dan semangat
saya sudah kembali segar, saya merasa semua baik-baik saja, suruh saya chat chit
panjang lebar, atau bahkan menulis sebuah cerita blog panjang lebar, saya masih
merasa saya sanggup, namum setiap kali saya melepas oksgien untuk ke toilet yang
hanya 2-3 menit saja, saya langsung merasa kehabisan napas dan mengap-mengap
alias ngos-ngosan, ataupun setiap kali ada teman yang telp ngobrol cukup 3-5
menit saja, saya langsung segera kehabisan napas. Perasaan biasa saya lari 10km
aja tidak secape gini. Kali ini benar-benar saya dipaksa untuk slow down di
dalam hidup saya.
Pelajaran apa yang saya dapatkan kali ini,
jangan pernah anggap remeh. Saya selama ini selalu merasa bahwa saya sudah
menerapkan pola hidup yang sangat sehat, olaharaga teratur (bahkan mungkin agak
berlebihan bagi sebagian orang), pola makan yang sehat, dll. Saya selalu merasa
dengan pola gaya hidup sehat yang selama ini saya jalankan, dan ditambah dengan
setiap kali keluar rumah saya selalu mengikuti prokes, pake masker, cuci tangan,
dll, saya pikir saya tidak akan terpapar apa yang namanya corona lah.
Ataupun seandainya saya terpapar corona
sekalipun, mungkin hanya akan ringan-ringan saja, palingan juga batuk, pilek
demam biasa aja. Dengan pola gaya hidup sehat yang saya jalani selama ini, saya
pasti palingan juga kena yach ringan-ringan aja, ga mungkin sampai parah. Saya terlalu
PeDe dan yakin dengan imum tubuh saya sendiri. Dan hasilnya… inilah yang saya dapatkan
dan rasakan: Berada di Ambang Batas Pintu Kematian. Saya beruntung saya akhirnya
bisa melewati semua itu, dan kata dokter saya sudah melewati masa kritis,
walaupun hingga saat ini saya masih harus bernapas dengan bantuan oksigen.
Saya pikir past banyak diantara teman-teman
juga berpikir demikian seperti saya, virus corona ini sudah jadi virus yang
biasa, ga perlu ditakutkan lagi. Yach… inilah sama persis dengan yang selama
ini saya pikirkan. Anggap remeh.
Jadi sekali lagi yang ingin saya tekankan
untuk teman-teman di sini, jangan anggap remeh, jangan anggap enteng karena
Virus Corona ini sangat dinamis, dan bisa berubah dengan begitu cepatnya
menyerang tubuh kita walau sekuat apapun tubuh kita.
Pelajaran kedua masih tentang olahraga.
Masih ingat ketika pertama kali saya terpapar virus covid-19, saya masih
melakukan olahraga sehingga saya tiba-tiba demam tinggi dan harus buru-buru
dilarikan ke rumah sakit yach. Ketika tanggal 22 sore, saya juga merasa sangat
sehat, dan saya hanya melakukan jalan kaki ringan saja di dalam kamar rumah
sakit selama lebih kurang 35-40 menit lalu saya mulai ngos-ngosan, lalu
malamnya saya drop mendadak.
Saya sudah konsultasikan hal ini dengan
dokter, katanya sich harusnya kondisi drop saya tidak ada hubungannya dengan
kegiatan “olahraga” ringan yang saya lakukann hari itu.
Tapi seperti di tulisan saya sebelumnya
bahwa saya pernah baca di HaloDoc.com bahwa sebaiknya tidak olahraga selama di
dalam tubuh masih ada virus coronanya. Konon katanya: Menurut menurut
penelitian di Journal of the American Medical Association (JAMA)
Cardiology, peneliti Jerman menemukan bahwa melakukan olahraga ringan sekalipun
saat mengidap infeksi virus corona ringan bisa berbahaya dan menyebabkan
masalah jantung yang serius. Kondisi ini bisa memperburuk gejala COVID-19 dan
dapat menyebabkan miokarditis pada beberapa pasien, yaitu radang otot jantung
(miokardium). (link: https://www.halodoc.com/artikel/terinfeksi-virus-corona-tanpa-gejala-boleh-tetap-olahraga)
Jadi mungkin ini masih perlu penelitian lebih
lanjut lagi, berhubung saya sendiri bukan seorang dokter, saya tidak bisa
berkomentar apa-apa tentang hal ini, apalagi
dari beberapa dokter yang saya tanyakan, malah menyarankan tetap olahraga juga.
Tapi yang pasti, pengalaman saya pribadi, sejak awal saya menjadi parah karena
saya masih tetap melakukan olahraga ketika di dalam tubuh ada virus coronanya.
Dan saya juga search di google tentang atlet,
olahragawan, binaragawan yang meninggal mendadak karena virus corona tanpa tahu
penyebabnya, padahal selama ini hidup mereka sangat sehat. Adakah mereka
meninggal karena di dalam tubuh sudah terlanjur ada virus coronnanya, lalu
karena ketidakpengetahuan mereka, lalu mereka beranggapan olahraga dulu biar
sehat, lalu mereka olahraga berat sehingga virus coronanya menyerang lebih
hebat sehingga mereka meninggal mendadak? Sekali lagi jawabannya saya tidak
tahu, karena saya bukan seorang dokter dan bukan seorang peneliti di bidang
ini, mungkin para ahli / dokter perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang
hal ini.
Sekian tulisan saya kali ini, semoga
tulisan ini bisa bermanfaat buat kita semua. Dan terima kasih sekali lagi atas
segala cinta, kasih dan perhatian dan doa dari teman-teman semuanya yang tidak
bisa saya balas satu persatu. I love you all.
Salam sehat selalu!
Posting Komentar