Pada pembahasan sebelumnya kita telah membahas bahwa setiap tokoh sejarah mempunyai tiga gambaran yaitu: gambaran berdasarkan catatan sejarah, gambaran berdasarkan karya sastra, dan gambaran berdasarkan legenda di masyarakat.
Di dalam sepanjang Kisah Sejarah Tiga
Kerajaan (Sam Kok), Cao Cao adalah tokoh yang gambarannya paling banyak
diperdebatkan sepanjang sejarah China. Berdasarkan catatan Su Dongpo1,
setidaknya sejak zaman Dinasti Song Utara2, Cao Cao telah
digambarkan sebagai seorang tokoh antagonis yang dibenci di masyarakat dalam
sejarah China. Apalagi semenjak terbitnya Roman Tiga Negara3 oleh
Luo Guanzhong4, Cao Cao lebih-lebih digambarkan sebagai seorang
pengkhianat bangsa yang merebut kekuasaan Dinasti Han. Lalu bagaimana gambaran
sesungguhnya seorang Cao Cao berdasarkan catatan sejarah?
Mulai tulisan ini dan beberapa tulisan
berikutnya saya akan membahas secara mendatail fakta dan mitos tentang seorang
Cao Cao. Kenapa Cao Cao? Karena kalau kita membahas tentang Sejarah Tiga Negara
(Sam Kok) tentu tidak lepas dari Negera Wei, Negara Shu dan Negara Wu. Dan
walaupun Negara Wei5 bukan didirikan oleh Cao Cao secara resmi, tapi
bisa dikatakan bahwa pendiri sesungguhnya dari Negara Wei adalah Cao Cao
sendiri. Walaupun sepanjang hidupnya Cao Cao tidak memproklamirkan dirinya
sebagai seorang Kaisar, tapi Cao Cao lah yang meletakan semua pondasi
berdirinya Negara Wei sejak awal.
Nama seorang Cao Cao tidak begitu bagus
dalam Sejarah China. Dalam sepanjang Sejarah China, ada 3 gambaran yang menjadi
perdebatan tentang penilaian terhadap seorang Cao Cao yaitu Jian Zei6
(奸贼), Jian Xiong7 (奸雄), dan Ying Xiong8 (英雄). Lalu gambaran mana yang sesungguhnya paling cocok yang
menggambarkan seorang Cao Cao. Mari kita bahas secara lebih mendetail secara
lebih objektif.
Ketika kita membahas tentang sejarah,
terkadang sejarah itu sendiri sudah terlalu jauh sehingga kita sudah tidak bisa
melihat secara langsung untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Berdasarkan catatan Su Dongpo, setidaknya sejak zaman Dinasti Song Utara, Cao Cao
sudah menjadi tokoh antagonis yang dibenci oleh masyarakat China Kuno. Pada
saat itu banyak tukang cerita kisah sejarah jalanan. Setiap kali para pendengar
mendengar cerita tentang kegagalan Liu Bei, semua pendengar langsung merasa
sedih, begitu juga sebaliknya ketika mendengar kisah tentang
kegegalan/kekalahan Cao Cao, pendengar langsung bersorak gembira ria.
Lalu kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa
Cao Cao bisa begitu dibenci oleh orang-orang? Hal ini tentu tidak lepas dari 3
gambaran berikut tentang Cao Cao:
- Cao Cao orangnya licik;
- Cao Cao merebut kekuasan Dinasti Han;
- Perkataan Cao Cao yang terkenal, yaitu: “Lebih baik saya yang mengorbankan orang di seluruh dunia, daripada orang lain yang mengorbankan saya”.
Mari kita bahas satu persatu secara objektif.
Jika kita bicara tentang Cao Cao orangnya licik, tentu hal ini tidak objektif.
Pada zaman perang tentu semua orang menggunakan segala macam strategi untuk
berperang agar bisa mengalahkan musuh. Kebanyakan orang ketika menilai orang
yang dipihaknya akan mengatakan: wah…
ini penuh strategi yang mantap dan hebat, tapi sebaliknya ketika strategi
yang sama dipraktekan oleh pihak musuh, kebanyakan orang akan menilai dengan
perkataan: wah… ini menggunakan strategi yang licik. Tentu ini tidak bisa
jadikan sebagai patokan untuk mengatakan Cao Cao sebagai penjahat hanya karena dia
menggunakan strategi perang yang licik untuk menghadapi musuh-musuh politiknya,
toch bukannya lawan politiknya juga menggunakan strategi yang sama ke orang
lain? Semuanya tergantung kita berapa di pihak yang mana. Jika seseorang berada
di pihak Cao Cao, tentu dia tidak akan menganggap Cao Cao menggunakan strategi
yang licik, sebaliknya malah akan memuji Cao Cao sebagai seorang ahli strategi
perang yang hebat/lihai.
Yang kedua, Cao Cao merebut kekuasaan
Dinasti Han. Hal ini tentu juga tidak objektif. Atas dasar apa Dinasti Han
harus tetap bertahan selamanya? Atas dasar apa bahwa seorang Kaisar harus
selamanya bermarga Liu dan tidak boleh bermarga Cao? Bukankah sepanjang sejarah
China, kerajaan lama tumbang oleh kerajaan baru itu adalah sesuatu hal yang
lumrah? Mana ada sebuah kekuasaan kerajaan yang bertahan selamanya? Lalu
emangnya ada jaminan bahwa masyarakat hidup lebih damai dan makmur di bawah Dinasti
Han? Bukankah fakta sejarah menyatakan bahwa di masa akhir Dinasti Han ditandai
dengan berbagai bencana alam yang luar biasa, ditambah dengan kekuasaan kasim
yang begitu besar dan korupsi dimana-mana, sehingga banyak rakyat yang hidup
menderita sengsara dan mati kelaparan, akibatnya terjadi pemberontakan terjadi
dimana-mana. Malahan semenjak Cao Cao berkuasa, kehidupan rakyat jelata menjadi
jauh lebih baik dan terjamin. Jadi penilaian yang menyebutkan Cao Cao sebagai
seorang penjahat hanya karena dia merebut kekuasaan dari Kaisar Han Xiandi9
tentu juga tidak objektif dan tidak bisa dijadikan sebagai acuan untuk mencap
Cao Cao sebagai seorang penjahat.
Yang ketiga, perkataan Cao Cao yang
terkenal, : “Lebih baik saya yang mengorbankan orang di seluruh dunia, daripada
orang lain yang mengorbankan saya”. Menurut saya mungkin perkataan Cao Cao
inilah yang membuat Cao Cao dianggap sebagai seorang tokoh penjahat/antagonis
dalam sepanjang sejarah China. Seorang yang lebih rela mengorbankan kehidupan
semua orang di dunia daripada dirinya dikorbankan oleh orang lain, tentu saja
ini sudah keterlaluan. Perkataan ini juga sangat kontras dengan perkataan dari
Liu Bei yang menyatakan lebih baik dia dikorbankan/dikhianati oleh orang lain
daripada dia yang harus mengorbankan/mengkhianati orang lain.
Lalu apakah benar Cao Cao pernah mengatakan
perkataan tersebut tersebut di atas yang mengakibatkan dia dibenci sepanjang
sejarah China? Jika ternyata Cao Cao tidak pernah berkata seperti demikian,
bukankah ini menjadi sebuah fitnah sejarah bagi seorang Cao Cao? Sebenarnya
menurut beberapa catatan sejarah, perkataan Cao Cao ini masih menjadi
perdebatan banyak ahli sejarah. Awal mula perkataan ini berasal dari kisah di
bawah berikut ini.
Pada saat itu Dong Zhuo10 ingin
menangkap Cao Cao, dan Cao Cao melarikan diri dari kota, singgah ke rumah
seorang teman lamanya yang bernama Lii Boshe. Waktu Cao Cao sampai di rumah Lii
Boshe, Lii Boshe tidak berada di rumah. Lalu terjadilah insiden pembunuhan satu
keluarga Lii Boshe oleh Cao Cao. Cerita ini ada 3 versi.
Versi pertama menceritakan bahwa Lii
Boshe tidak ada di rumah, keluarga Lii
Boshe melihat Cao Cao membawa banyak uang emas permata, lalu timbul niat hati
ingin merebutnya dari Cao Cao. Akhirnya Cao Cao membunuh mereka semua. Jika
melihat versi ini, maka ini boleh dikatakan bahwa Cao Cao membela diri, dan tentu tidak bisa
disalahkan. Versi cerita ini tercatat dalam sejarah resmi Negara Wei (Wei Shu).
Tentu saja ini adalah versi sejarah resmi Negara Wei, dan Cao Cao sendiri
adalah pendiri Negara Wei, jadi hal ini bisa jadi tidak objektif, karena tentu
saja penulis sejarah resmi Negara Wei pasti akan menulis yang baik-baik tentang
Cao Cao.
Versi kedua menceritakan bahwa Cao Cao
tinggal di rumah Lii Boshe dan mendengar keluarga Lii Boshe sedang mengasah
pisau, Cao Cao yang waktu itu dalam pelarian dari Dong Zhuo, dikejar-kejar oleh
seluruh petugas kerajaan, tentu di dalam hatinya selalu penuh dengan waspada
dan curiga. Lalu timbul rasa curiga di dalam hati Cao Cao sehingga membunuh
keluarga Lii Boshe. Dalam kasus ini boleh disebut sebagai pembunuhan terjadi
karena kesalahpahaman.
Versi ketiga lebih kurang sama dengan versi
kedua, yaitu Cao Cao timbul rasa curiga dan lalu membunuh Lii Boshe sekeluarga.
Setelah membunuh Lii Boshe sekeluarga. Di Catatan Sejarah Tiga Kerajaan Karya
Chen Shou ditulis: 凄怆曰:宁我负人,毋人负我。Artinya Cao Cao dengan sedih dan menyesal berkata: Lebih baik saya
mengorbankan orang lain daripada orang lain yang mengorbankan saya. Di sini ada
ditekankan kata Cao Cao berkata dengan sedih dan menyesal. Banyak perdebatan
oleh para ahli sejarah di sini tentang kondisi psikologis Cao Cao saat itu
bahwa sebenarnya Cao Cao menyesali perbuatannya telah membunuh orang yang tidak
bersalah, Cao Cao mengatakan kalimat di atas hanyalah sebatas untuk menghibur diri
sendiri saja.
Namun ketika cerita ini sampai pada Roman
Tiga Negara Karya Luo Guanzhong, kata-kata ini berubah menjadi: 宁教我负天下人,休教天下人负我。Ditambahkan kata 天下 yang bisa berarti seluruh dunia, artinya
menjadi “Lebih baik saya yang mengorbankan orang di seluruh dunia daripada
orang lain yang mengorbankan saya”. Dengan ditambahkannya kata “seluruh dunia”,
tentu saja artinya jadi berubah. Tentu saja seseorang akan dianggap sebagai
seorang yang jahat yang sampai rela mengorbankan orang di seluru dunia demi
keegoisan pribadinya.
Walaupun demikian, pada zaman Dinasti Qing ada seorang sastrawan yang bernama Mao Zonggang yang memberikan komentar
seperti demikian: walaupun seandainya Cao Cao licik/jahat seperti diceritakan di
Roman Tiga Negera, tapi setidaknya Cao Cao adalah seorang yang berani jujur untuk
mengakui kelicikan/kejahatannya. Tidak seperti kebanyakan orang lain yang hanya
selalu di mulut bilang lebih baik diri sendiri yang harus dikorbankan daripada
harus mengorbankan orang lain, namum pada kenyataannya malah melakukan yang sebaliknya seperti yang
dilakukan oleh Cao Cao. Jadi Mao Zonggong menyimpulkan Cao Cao sebagai seorang orang
jahat/licik yang berani jujur, dan bukannya seorang budiman/orang baik yang
penuh dengan kepalsuan.
Di dalam kelicikan/kejahatan seorang Cao
Cao terdapat sebuah keberanian untuk mengakuinya. Inilah sosok pribadi seorang
Cao Cao yang sesungguhnya. Ini adalah salah satu bagian yang harus kita saluti
dari seorang Cao Cao.
Ok, demikian pembahasan tentang Cao Cao
pada tulisan kali ini, pada tulisan berikutnya kita akan membahas secara lebih
mendalam tentang kelicikan Cao Cao dalam menggunakan strategi perangnya dalam
mengalahkan musuh-musuh politiknya. Strategi “licik” seperti apa yang digunakan
oleh seorang Cao Cao? Nantikan di tulisan berikutnya.
- Su Shi (1037 – 1101 Masehi), nama kehormatan Zi Zhan, dengan nama pena Dongpo, adalah seorang sastrawan, penulis, penyair, politisi, pelukis yang terkenal pada zaman Dinasti Song.
- Dinasti Song Utara (960 -1127 Masehi)
- Roman Tiga Negara: 三国演义 atau Romance of the Three Kingdoms adalah sebuah roman berlatar
belakang sejarah dari Dinasti Han dan Tiga Negara yang ditulis oleh Luo
Guanzhong pada zaman Dinasti Ming. Roman Kisah Tiga Negara ini merupakan salah
satu karya sastra klasik yang paling populer di dalam sejarah Tiongkok. Kisah
di dalam Roman ini dibuat sedemikian dramatis dan menjadi salah satu dari Empat
Karya Sastra Termansyur dalam sepanjang Sejarah China.
- Luo Ben (1280 – 1360 Masehi), Nama Kehormatan
Guanzhong adalah seorang sastrawan terkenal dari zaman Dinasti Ming. Ia adalah
penulis dari kisah Novel Kisah Tiga Negara dan editor dari buku Tepi Air (水浒传).
- Negara Wei (220 – 266 Masehi) adalah salah satu Negara yang berkompetisi untuk merebut hegemoni kekuasaan China pada zaman Tiga Negara.
- Jianzei (奸贼) adalah sebuah
untuk licik dan jahat.
- Jianxiong (奸雄) adalah sebutan
untuk seorang yang berkuasa dan mempunyai pengaruh yang besar serta bisa
melakukan hal besar di dalam hidupnya, namun disertai dengan kelicikan di dalam
dirinya.
- Yingxiong (英雄) secara harfiah
mempunyai arti seorang pahlawan. Namun di dalam konteks sini lebih mempunyai
arti sebagai seorang yang mampu untuk melakukan hal besar di dalam hidupnya, mempunyai
kekuasaan besar yang bisa memberikan pengaruh pada kehidupan orang banyak di
suatu negara.
- Han Xiandi (181 – 234 Masehi), Emperor Xian of Han, Nama Liu Xie, dengan Nama Kehormatan Bohe, adalah Kaisar terakhir Dinasti Han di China.
- Dong Zhuo (? – 192 Masehi), Nama Kehormatan Zhongying, adalah seorang Jendral Militer (Warlord) pada akhir zaman Dinasti Han.
Posting Komentar